Senin, 27 Juli 2009

Lampung Tengah Kekurangan Tenaga Pengajar

Lampung Tengah menghadapi permasalahan serius terkait dengan kekurangan tenaga guru dan pemerataan guru. Kondisi ini dikhawatirkan berdampak buruk terhadap profesionalisme guru dan proses belajar-mengajar.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Lamteng, 727 SD membutuhkan 567 guru kelas dan 34 guru olahraga. Sedangkan di sisi lain terdapat kelebihan guru agama Islam sebanyak 354 orang.

Untuk tingkat SMP, secara keseluruhan terdapat kekurangan guru mencapai 262 orang yang terdiri guru Bahasa Inggris, Matematika, IPA dan IPS, sedangkan guru Bahasa indonesia sudah sangat berlebih.

"Ini permasalahan serius bagi kami. Jika tidak segera ditangani, akan berdampak pada kualitas profesionalisme tenaga pendidik di sekolah dan sudah pasti juga implementasinya adalah output dari sistem pengajaran dan kegiatan belajar-mengajar bagi siswa," ujar Kabid Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Disdik Lamteng, Sarjito, kemarin.

Bahkan, ada SD di beberapa kecamatan memiliki 15 guru Bahasa Indonesia. Hal itu, kata dia, luar biasa. itu menjadi bukti penyebaran guru tidak merata di seluruh kecamatan di Lamteng. Di Kecamatan Trimurjo, misalnya, kelebihan guru kelas mencapai 105 orang, sedangkan di Kecamatan Pubian kekurangan 102 guru kelas.

Sarjito tidak menampik munculnya permasalahan tersebut disebabkan jumlah sekolah di Lamteng merupakan yang terbanyak di Lampung. Jumlah guru TK-SMK Lamteng sebanyak 19.865 guru. Dari jumlah tersebut 7.733 di antaranya berstatus non-PNS. Sementara jumlah sekolah 1.329 sekolah terdiri atas 381 TK, 727 SD, 179 SMP, 54 SMA, 32 SMK, dan sisanya raudathul atfal (RA), madrasah ibtidiah, madsradah tsanawiah, dan madrasah aliah. Angka itu wajar mengingat luas Lamteng kurang lebih 200 km.

Menurut diam, dunia pendidikan di Lamteng harus memiliki independensi dalam penyebaran dan pemerataan tenaga pendidik karena yang lebih mengetahui kebutuhan dan penyebaran guru adalah Dinas Pendidikan.

"Oleh karena itu, saya sangat setuju sekali adanya keputusan bupati yang mendelegasikan kewenangan kepada kepala dinas untuk pemerataan guru tersebut," ujarnya.

Pihak Disdik Lamteng telah berencana melakukan pergeseran besar-besaran untuk kepala sekolah di tingkat SD. Sebanyak 12 kepala sekolah akan dialihkan menjadi guru kelas. Sebanyak 354 orang akan diberi pelatihan untuk menutupi kekurangan guru kelas. Pihaknya akan mengangkat 201 guru kelas dan 31 guru olahraga.

"Sedangkan untuk sekolah di bawah pengawasan Depag, kami juga sudah mengusulkan beberapa rencana strategi untuk menutupi kekurangan tersebut," kata dia.

Yang jelas, kata dia, semuanya kembali pada kebijakan pemerintah dalam upaya memenuhi kekurangan guru tersebut. "Karena kami berkeyakinan, rencana tersebut dapat meminimalisasi kekurangan guru yang ada di Lamteng," ujar dia.

Pendidikan Sekolah Lebih Banyak Mengasah Otak Kiri Anak

Kurikulum di sekolah lebih banyak untuk mengasah otak kiri. Target untuk peringkat di sekolah, lulus dengan predikat memuaskan, dan nilai IPK tinggi, hanyalah kerja yang dilakukan oleh otak kiri. Padahal tidak semua orang yang pintar di sekolah bisa menjadi sukses. Hal ini perlu menjadi perhatian serius. Pasalnya, berdasarkan data,terdapat lebih kurang 780 ribu sarjana di Indonesia yang memiliki IPK tinggi dalam kondisi tidak memiliki pekerjaan alias menganggur. Hal itu disebabkan otak kanan yang tidak jalan.

Pernyataan tersebut disampaikan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. A. Purba dalam sebuah seminar, Sabtu (25-7). Seminar yang diselenggarakan di Gedung PKK itu mengusung tema Optimalisasi fungsi otak kanan dan otak kiri untuk mempersiapkan anak yang cerdas dan kreatif.

Purba mengatakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi otak kanan adalah dengan jangan mengurangi kesempatan main bagi anak, memberikan mainan yang tidak lengkap, menceritakan dongeng, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan mengikuti berbagai lomba.

Siswa taman kanak-kanak hanya diajarkan untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan mengenal lingkungan di luar rumah. Akhir-akhir ini, terdapat pergeseran pembelajaran pada play group. maraknya playgroup yang mengajarkan bahasa inggris, menulis, membaca, dan matematika. Ditambah lagi informasi yang dari televisi sehingga pembelajaran tidak tidak terkendali.

Menurut dia, informasi yang tidak tepat kualitas dan kuantitasnya akan mengganggu kordinasi pusat di otak. Bahkan, koordinasi otak kanan dan kiri terganggu.

Proses belajar mengajar yang tidak tepat akan menyebabkan siswa kurang daya cipta dan kurang imajinasi, serta menghasilkan generasi yang pandai mengkritik, pandai meniru tapi miskin ide, tidak produktif, dan tidak mempunyai kemampuan memberikan solusi yang komprehensif.

Keberhasilan pendidikan, kata Purba, adalah pembelajaran yang demokratis, rasa senang belajar, konsentrasi belajar, dan menimbulkan rasa tanggung jawab anak dan disiplin.

Purba mengungkapkan faktor yang memengaruhi kecerdasan adalah genetik 40-50 persen, gizi (30-40 persen), dan lingkungan (10-20 persen).

Kebutuhan dasar anak, ujar Purba, untuk bisa tumbuh kembang dengan optimal adalah kebutuhan fisis biomedis, kebutuhan emosi kasih sayang, dan kebutuhan akan stimulus mental.

Kebutuhan fisik meliputi pangan, perawatan kesehatan, kesegaran jasmani, sanitasi, dan rekreasi. Kebutuhan emosi meliputi hubungan yang selaras antara ibu dan ayah.

Purba juga mengatakan orang tua harus memberi stimulus yang tepat, disiplin yang tegas dan penuh kasih sayang, serta memberikan suri tauladan. "Jangan suruh anak untuk belajar tapi orang tuanya malah nonton sinetron. Temanilah anak saat belajar," kata dia.


Sumber: Lampungpost dengan editan seperlunya.

Jumat, 24 Juli 2009

Workshop Sehari bersama Bapak Utomo Dananjaya

Lagi, setelah beberapa bulan yang lalu (April 2009) Education Watch mengadakan workshop sehari, kini kami kembali menghadirkannya dengan tema yang menarik dan cukup atraktif. Workshop yang bertema "Kiat Menjadi Guru yang Kompeten, Profesional dan Berhasil" merupakan kerjasama kami (EW) bersama Universitas Malahayati Bandarlampung. Kami memang sering melakukan kerjasama dengan pihak Universitas Malahayati yang memang sangat tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki manfaat bagi masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan.
Workshop yang akan dilaksanakan di GSG Universitas Malahayati pada tanggal 9 Agustus 2009 ini mengundang pembicara yang kompeten di bidang pendidikan, yaitu Bapak Utomo Dananjaya dari Institute of Education Reform Jakarta). Beliau merupakan ahli pendidikan yang sudah tidak asing lagi, sering menjadi pembicara di Seminar-seminar besar di Seluruh Indonesia.

Pembicara lainnya yang tidak kalah menarik adalah Bapak Mustofa Usman, Ph.D. Beliau merupakan pendidik sekaligus Rektor di Universitas Malahayati Bandarlampung.

Workshop yang ditujukan kepada seluruh tenaga pengajar (baik, guru, maupun dosen) diharapkan menjadi suatu pemacu bagi para tenaga pengajar untuk bisa menjadi pengajar yang berhasil dalam mendidik siswa/mahasiswanya, sehingga dapat bermanfaatlah ilmu yang dimilikinya, selain tentunya secara tidak langsung membantu bangsa Indonesia menjadi negara yang maju melalui SDM yang handal.